Tampilkan postingan dengan label SOSOK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSOK. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 September 2011

Penangkaran Penyu Desa Cipatujah Butuh Perhatian

Nuansa Metro - Tasikmalaya

Kiri : Pak Nono Suryono dan rekan

     Jalan-jalan di Objek Wisata Pantai Cipatujah, belum lengkap rasanya jika tidak melihat penangkaran penyu Lekang yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk ke area objek wisata ini. disana ada sebuah penagkaran Penyu lekang yang dikelola secara Swadaya oleh masyarakat setempat yang peduli terhadap kelestarian Penyu langka ini. sebut saja Pak Nono, salah satu pelopor pengakaran ini yang secara sukarelawan tanpa pengharapan yang lebih mencoba untuk mempertahankan kelestarian Jenis Penyu Lekang di Wilayah Pantai Cipatujah.

     Pak Nono yang dibantu oleh tiga rekannya yaitu A.supriyadi, jumanik dan endang supendi telah 2 tahun menjalankan prosesi penangkaran Penyu Lekang di pesisir pantai Cipatujah. dengan biaya pas-pasan mereka terus mempertahankan kelestarian penyu Lekang yang ada diwilayah pesisir pantai Cipatujah."Kami berharap ada pihak-pihak terkait yang dapat membantu kami, baik dari segi pengetahuan tentang Penyu lekang ini ataupun dari segi materi yang bisa menunjang sarana dan prasarana untuk penangkaran. Karena kami masih banyak sekali kekurangan." Harap Pak Nono ketika bertemu dengan Nuansa Metro.

Di Wilayah Pantai Cipatujah memang baru ditemukan satu jenis Penyu yang sering bertelur disini. yaitu Jenis Penyu lekang yang dalam bahasa latinnya lebih dikenal dengan sebutan "Olive Ridley turtle". Jenis Penyu ini memang hampir Punah oleh Keserakahan manusia. dimana Batok Penyu dapat dijadikan hiasan yang mempunyai nilai jual juga telur dan dagingnya konon menurut cerita dapat dijadikan obat.

     Nono dan rekan-rekannya dengan sabar menjaga dan merawat Penyu-penyu yang ada di Penangkaran, walau beban biaya perawatan harus mereka keluarkan secara bersamaan dari kantong masing-masing. Sekarang ini, di Penangkaran Pak Nono sudah ada seratus ekor Penyu Lekang berusia 5 bulan. dan setiap harinya mereka harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 30.000 perhari untuk memberi makan penyu-penyu tersebut.

"Dari Usia 0-100 hari biaya pakan Penyu paling sedikit Rp. 30 ribu. belum biaya listrik dan sarana lainnya. tapi Alhamdulillah, walau semua itu dari swadaya, kami berusaha untuk bertahan" Sambung Nono dengan semangat. "Bangunan ini adalah salah satu bantuan yang telah diberikan Pemerintah kepada kami dalam mengelola Penangkaran Penyu lekang di Pantai Cipatujah. Dan atas usaha juga bantuan Pak Kuwu (Kepala Desa Cipatujah-Red), alhamdulillah kamipun sekarang memiliki tempat permanen ini. Baik untuk tempat penetasan sampai Bak Penampungan Penyu. Namun kami masih memiliki beberapa kendala. Pagar bangunan bagian atas yang tidak tertutup rapi sering naiki pencuri. Sejak April hingga Agustus kemarin, terhitung 20 Ekor Penyu Hilang dari Bak penampungan. Kami berharap pihak pemerintah terkait ataupun Swadaya yang lain sekiranya dapat bersama-sama bergandengan tangan dalam pelestarian Penyu, bersama-sama mensosialisasikan kelestarian Penyu Di sepanjang Pantai Cipatujah, sehingga masyarakat tahu akan pentingnya kelestarian ekosistem hewani." Harap Nono.

     Berbeda dengan tempat penangkaran lainnya, ditempat penangkaran Pak Nono ini, setiap pengunjung tidak diperbolehkan mengambil, membawa ataupun meminta baik itu telur penyu ataupun penyu yang masih kecil, walau dengan alasan apapun. “Kami hanya ingin mencerminkan kedisiplinan akan kecintaan kami kepada Penyu-penyu ini. Bukan kami tidak mau memberi siapapun yang meminta. Baik itu keluarga ataupun orang lain. Kami hanya berharap masyrakat tahu akan pentingnya pelestarian penyu-penyu ini. Toh ketika penyu-penyu ini sudah Dewasa nanti dan akan bertelur mereka akan kembali ke pantai dimana mereka dilepaskan. Jadi siapapun dan dengan dalih apapun, Baik itu telur ataupun Penyu yang ada di Penangkaran kami, tidak dibenarkan untuk dibawa pulang ataupun diperjual belikan.” Tegas Nono menjelaskan.

     Berbeda sekali dengan penangkaran ditempat lainnya. Sudah barang tentu jika ada rekan atau saudara yang meminta pasti tidak akan terlewatkan, alias didapatkan. Apa lagi jika ada yang mau membeli.. Hah, siapa tahan.. tapi semoga tidak terjadi disepanjang pantai Cipatujah. Wah, sikap seperti Pak Nono dan rekan-rekannya patut ditiru oleh Penagkaran-penangkaran lainnya. Agar pelestarian Penyu bisa kembali Normal untuk Ekosistem laut kita.

     Tak banyak orang seperti Pak Nono dan rekan-rekannya ini. Seandainya Pemerintah daerah dan Instansi terkait dapat dengan sigap dalam mendukung gerakan peduli alam (Flora Lestari) dan Hewani (Fauna Lestari) seperti yang dilakukan Pak Nono DKK, tentunya keseimbangan alam akan terus terjaga. Tidak hanya penangkaran penyu, Pak Nono Pun sangat peduli dengan keberadaan segala jenis Pohon pantai. seperti Mangrouf ataupun Jenis Pohon Utailo yang hampir punah disepanjang pantai Cipatujah. Padahal kedua jenis pohon ini sangat penting untuk menjaga hempasan ombak yang mengikis daratan (Abrasi-Red). Dan salah satu pohon yang sudah jarang ditemui adalah jenis tanaman Utalio. Tanaman Utalio ini tidak hanya sebagai tanaman pantai, namun buah tanaman ini dapat dikelola menjadi bahan Bio Solar yang dapat meningkatkan sumber daya manusia disepanjang pantai Cipatujah.

     Tentunya semua yang dilakukan Pak Nono dan kawan-kawannya akan lebih berarti lagi jika masyarakat sekitar pantai Cipatuah mendukung pergerakannya. Demi kelangsungan hidup ekosistem dan kelestarian alam. Pak Nono pun sangat berterima kasih kepada Pak Kuwu (Kepala Desa Cipatujah) yang telah mendukung pergerakannya ini, namun terlepas daripada itu semua, Pak Nono pun berharap Pihak Pemerintah dan Instansi terkait dapat memberikan arahan dan pelatihan kepada Tim-nya untuk semakin mengedepankan profesionalisme dalam pengembangan penangkaran Penyu Lekang yang ada di Wilayah Pantai Cipatujah. Pak Nono berharap mempunyai akuarium raksasa yang dapat menampung Penyu yang siap dilepas kepantai. Sehingga masyarakat ataupun pengunjung baik domestik ataupun mancanegara dapat bersama-sama menyaksikan dan merasakan detik-detik pelepasan Penyu Lekang ke pantai lepas. Semoga harapan ini dapat segera Terwujud. (Ly & Tim)

Rabu, 29 Juni 2011

Chika Gadis Imut Penuh Talenta

Chika, Gadis Imut Yang Penuh Talenta

Gadis cantik nan imut serta bertalenta ini sangat piawai ketika berhadapan dengan kamera. Gayanya yang menggemaskan, menandakan dia sangat terbiasa berlenggak-lenggok mengikuti ekspresinya sendiri.

Dia adalah Chantika Juliana namun biasa dipanggil sehari-harinya dengan sebutan Chika. Gadis yang lahir di Karawang 27 Julia 2002 ini, putri kedua dari pasangan ibu Rini Haryani dan bapak Suryana ini sangat berbakat dalam dunia seni peran. Bahkan Chika sudah sering beradu akting dibeberapa produksi sinetron.

Si imut yang duduk di kelas tiga SDN Gintung Kerta Kecamatan Klari, Karawang ini mengawali mengikuti audisi untuk sinetron pada tahun 2009 di Hotel Pangestu Klari, waktu itu yang menyelenggarakan dari Fajar Film Jakarta. Dengan keberhasilannya di Audisi itu, akhirnya Chika dapat beradu acting dengan para pemain lainnya di sinetron Erik Kena Batunya, Anak Jalanan Yang Baik Hati yang mengambil tempat syuting di Bendungan Walahar Klari.

Selain di dua sinetron itu, pada tahun 2010 Chika pun bermain di sinetron berjudul Peri Yang Baik Hati yang lokasi syutingnya di Kawasan PT. Pupuk Kujang Cikampek. Di sinetron itu, Chika dipercaya sebagai pemeran Utamanya.

Ternyata selain berbakat dalam dunia seni peran, anak yang masih manja ini disekolah nya juga cukup berprestasi. Chika sempat menyabet Juara 3 tingkat Kecamatan Klari pada perlombaaan Kaligrafi. Bahkan Chika termasuk 5 besar dalam rangking di kelasnya. Saat diajak ngobrol dikediamannya oleh NuPo, Chika terlihat masih malu-malu, dan harus selalu didampingi sang bunda tercintanya.

“Chika kan masih kecil Om. Chika kadang suka malu kalau diwawancara gini sama Om Wartawam. Tapi kalau sudah di depan kamera sih, Chika ga malu Om, hehe” ucapnya polos sambil tersenyum terlihat jelas rangkaian giginya yang rapi. 

Saat ditanya hobi nya, si Imut ini langsung nyerocos, menurutnya dia paling suka Menggambar, Menari dan tentunya tak ketinggalan berFashion ria. 

Chika yang tinggal di Kampung Krajan I Rt.07 Rw 01 Gintung Kerta Klari ini bukannya tidak ada aktifitas Syuting sinetron, namun dalam waktu sekarang, dirinya masih enggan untuk melakukan syuting jauh-jauh dari Karawang. alasan kedua orang tuanya, Chika takut terganggu sekolahnya. 

“Kalau syuting jauh dari Karawang repot juga kang, kasihan Chika, kan paginya harus sekolah. Makanya kalau jauh kami tidak mengizinkannya terlebih dahulu. Khawatir terganggu sekolahnya” ucap sang bunda Chika. (>>Taufik*Tim))