Rabu, 29 Juni 2011

"GINCU MERAH" WTS Komplek Pelacuran tanah Merah

“GINCU MERAH” WTS Di Komplek Pelacuran Tanah Merah


Kedung Waringin, Nuansa Metro
                Tempat prostitusi yang satu ini sangat berbeda dengan tempat prostitusi-prostitusi yang lainnya. Ditempat ini suasananya sangat gersang dan cukup kotor oleh debu tanah merah yang berasal dari jalan raya yang ada di depan komplek pelacuran sepanjang tanggul irigasi ini. Tempat prostitusi ini tidaklah sulit untuk dicari, berada tepat diwilayah Desa Karang Harum, Kecamatan Kedung Waringin. Namun sepertinya, para penghuni komplek tersebut sepertinya terlihat nyaman-nyaman saja. Padahal apabila musim hujan datang, maka jalan tersebut sangat sulit dilalui oleh kendaraan roda empat, walaupun bisa para pengendara harus ektra hati-hati dalam mengendarainya.
                Kenyamanan yang dirasakan para penghuni komplek pelacuran itu terlihat ketika NuPo mencoba mampir ke salah satu rumah yang didalamnya ada beberapa wanita dengan dandanan seksi. Ketika NuPo masuk kedalam ruangan dan dipersilahkan duduk. Ada yang sedikit membuat hati ini menggelitik, wanita yang berada diruangan itu semuanya bergincu (Lipstik,red) berwarna merah cabe.
                “Silahkan duduk kang. Mau minum apa nih. Kalau mau Bir juga ada kok” ucap wanita berbadan tambun dan bergincu warna merah cabe itu. “Oh terimak kasih teh. Nanti dulu aja yah, bentaran nih mau ngaso dulu,” jawab ku sambil menyenderkan kepala ditiang bambu. “Laaah, mau ngaso mah didalam kamar aja kang, sambil bawa minuman yuk. Ntar sambil dipijitin punggungnya dah” timpal wanita yang lainnya. 
                Waduuh, kiranya para wanita pekerja seks disini maunya langsung aja nih. Sambil menyenderkan kepala aku tidak mau disebut sebagai tamu tidak berduit, akhirnya kami berdua memesan minuman satu botol Bird an satu minuman mengandung soda. “Coba teh, kami pesen satu Bir putih dan satunya lagi Fanta. Dan sekalian rokoknya satu bungkus” kata ku kepada wanita yang badan nya tambun tadi.
                Terlihat wajah para wanita itu agak sedikit menebar senyum kepada kami berdua. Padahal sebelum kami memesan minuman tadi, wajah para pekerja seks itu terlihat cembetut dan seolah tidak memperdulikan atas kedatangan kami yang disangkannya hanya akan menumpang duduk saja. Barulah, ketika kami memesan minuman, dua wanita bergincu merah serta ber rok pendek menyambangi tempat duduk kami. “Nah gitu dong kang. Kan asyik kalau kita ngobrol sambil minum mah, ya kan?” celetuk wanita berbadan kurus yang ada disamping aku (penulis).
                Disaat kita berdua mulai minum, kedua wanita pekerja seks itu akhirnya memperkenalkan diri, sambil menyebut namanya masing-masing. “kenalkan kang, nama saya Mumun dan itu teman saya namanya Euis. Akang siapa namanya dan dari mana?” ucap wanita yang mendampingi ku. Dengan seadanya kami berdua menjawab sekenanya saja, karena aku pikir menyebutkan nama asli ditempat pelacuran tidaklah wajib.
                   “Kang, boleh saya minta minumannya yah. Masya akang minum, kami nggak. Boleh yaaah?” pinta wanita yang bernama Mumun. “Ambil aja dua teh,” jawab ku lagi. Setengah jam kami berempat ngobrol ngalor ngidul. Rupanya kedua wanita itu sudah tidak sabar ingin mengajak kami berdua kedalam kamar untuk check in. “Ayo kang, didalam kamar aja yuk. Didalam lebih nyaman daripada disini. Nanti aku pijitin yah?” ajak Euis kepada ku. Aku yang memang ingin mengorek keterangan seputar kehidupan dikomplek pelacuran ini, akhirnya tawaran itu tidak aku tolak.
                Sambil tangannya yang satu menggenggam botol minuman, Euis akhirnya menarik lengan ku sambil matanya berkedip kepada Mumun, yang tentunya tanda signal sesuatu. Aaah, aku tidak peduli apa lah artinya tanda kedipannya itu. “Kang, saya istirahat duluan yah?” kata ku kepada teman. Sesampai didalam kamar yang berukuran 2,5 meter X 3 meter dan berdinding bilik itu si Euis langsung menjatuhkan pantatnya diatas kasur yang sudah lapuk, sambil membuka kaos yang dikenakannya. “Disini gerah banget kang. Mesti buka baju ngobrolnya nih” tuturnya sambil mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu.
                Aku juga akhirnya ikut duduk diatas kasur yang sudah lapuk dan mengeras itu. Kulihat, sekeliling ruangan kamar yang sempit itu biliknya dipenuhi tempelan kertas Koran. Mungkin maksudnya untuk menutupi dinding bilik yang bolong-bolong agar orang luar tidak dapat mengintip dikala si WTS itu sedang bermesraan bersama tamunya didalam kamar. “O iya, ngomong-ngomong, kenapa sih kok semua wanita-wanita yang disini lipstiknya sama berwarna merah cabe. Kok seragam banget yah?” kubuka obrolan awal ku kepada Euis. “Ga tau juga sih kang. Saya sih tadinya ga begitu kok. Karena melihat temen-temen memakai gincu merah cabe, akhirnya saya jadi ikut-ikutan deh. Mungkin karena disini tempat pelacurannya berada di daerah Tanah Merah, jadi lipstiknya pada pakai warna merah. Tapi ga tau deh ah!” ungkap Euis sambil menarik rok pendeknya yang seolah agar terlihat celana dalamnya oleh ku.
                Euis yang berasal dari daerah Subang itu, mengaku baru tiga bulan menjalani pekerjaan mencari uang dengan menjual diri. Menurutnya, dia baru lima bulan di cerai oleh suaminya. Hasil buah perkawinannya dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang kini baru berusia sepuluh tahun. “Suami saya kawin lagi kang, lalu karena saya tidak mau dimadu akhirnya saya malah yang diceraikannya. Tapi saya sangat beruntung diceraikan oleh dia. Dia itu suami yang temperamental dan suka mabuk-mabukan. Uang hasil ngojek motornya habis dipakai mabuk-mabukan dan main cewek. Walau pertamanya sakit, tapi sudah dijalani hidup menyendiri itu lebih baik daripada masih bersuamikan dia” beber Euis yang menceritakan masa lalunya bersama suaminya yang telah dia anggap musuh.      
                Mungkin saking karena kesal mengingat dengan masa lalunya, kulihat butiran air mata jatuh dari matanya. “Padahal sebenarnya, kalau memang ada pekerjaan lain, aku lebih senang memilih pekerjaan yang halal kang. Dari pada kerja beginian, sebenarnya aku sudah malu. Apalagi kalau sampai anak ku tahu bahwa ibu nya itu seorang wanita pekerja seks. Kadang kalau malam aku susah tidur kang, memikirkan nasib ku ini, apakah masih ada laki-laki yang mau menjadikan aku istrinya, sedangkan aku hanya seorang pelacur” urai Euis yang langsung memeluk ku.
                Aku yang sedari tadi hanya sekedar menjadi pendengar, akhirnya ikut dalam kesedihan mendengar keluhan hati Euis yang masih begitu ingin menjalani kehidupan normal seperti wanita lain pada umumnya. Ternyata memang kita tidak sepantasnya mencap seorang pelacur itu negative. Sebenarnya masih banyak wanita-wanita pekerja seks komersial itu menginginkan hidup normal layaknya wanita-wanita pada umumnya yang memiliki keluarga, suami dan anak-anak. Namun mungkin untuk meraih kesempatan itulah yang memang belum berpihak pada mereka (pelacur).
                Satu jam sudah Euis bercerita dan mengungkapkan kegalauan hatinya kepada ku. Memang sejak awal tadi masuk ke kamar, aku sudah berpesan kepada Euis, bahwa aku tidak akan “Main”. Dan Euis rupanya mengerti dengan perkataan ku. Dan karena waktu jualah aku harus pamit kepada Euis untuk pulang. “Kapan-kapan kesini lagi ya kang. Jangan kapok dengan situasi disini yah. Maaf juga, tadi Euis tidak sadar telah menangis di pelukan akang. Sekali lagi maafkan Euis ya kang” ucapnya sambil menjabat tangan kanan ku.
                “Akang juga pamit pulang dulu ya. Ini akang hanya ada uang dua ratus ribu. Ga apa-apa ya Is” kataku sambil memberikan empat lembaran uang lima puluh ribuan ketangan Euis. Ternyata, ketika aku keluar kamar, teman ku yang satunya sudah lebih dulu keluar dari kamar bersama Mumun wanita yang bertubuh tambun itu. Dengan mengendarai sepeda motor akhirnya aku dan teman melesat memacu kendaraan menuju pulang. Selamat tinggal sang gincu merah……. (>>Yonan)      

1 komentar:

  1. ANDA BUTUH PELACUR UNTUK AREA , JAKARTA , SURABAYA , MAKASSAR , KALIMANTAN DAN MASIH BANYAK DIDAERAH LAIN NYA DI INDONESIA INI
    HARGA MULAI 150 RIBU SAMPAI 3 JUTA TERGANTUNG UMUR
    UMUR WANITA ANAK BUAH KAMI MULAI DARI 14 TAHUN SAMPAI 45 TAHUN
    PEMBAYARAN DILAKUKAN KETIKA ANDA SUDAH BERTEMU ANAK BUAH KAMI
    HUBUNGI ATAU SMS KAMI DI 085242447776 (ibu mega)
    BUKAN PENIPUAN BOSS KARENA PEMBAYARAN DILAKUKAN DI TKP
    BISA HOTEL , PENGINAPAN DAN RUMAH
    085242447776 (ibu mega)
    @ADMIN MAKASIH YA RUANGAN KOSONGNYA

    BalasHapus