Jumat, 15 Juli 2011

PEMIMPIN MAJALENGKA DITUDING ONE MAN SHOW


PEMIMPIN MAJALENGKA DITUDING ONE MAN SHOW

Acara silaturahmi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang diprakarsai H Fuad Abdul Ajid, Ketua DPC Partai Demokrat kabupaten Majalengka di rumah makan Saung Aki, Senin 11 Juli lalu,dihadiri sejumlah tokoh parpol, kalangan masyarakat dan aktifis LSM yang ada di Majalengka. Suara mereka hampir sama dalam menyikapi kebijakan dan kinerja pemimpin Majalengka selama kurun waktu 2 tahun belakangan ini.

“Kita ini ibarat sebuah kereta api, satu lokomotif yang berbeda gerbong. Bisa juga satu gerbong tapi berbeda kursi dalam satu kereta api dengan satu tujuan yang sama”, papar H Asep Sudirja, SE mantan ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Majalengka di sela sela memandu acara.

Namun demikian, mantan anggota DPR RI periode 2004-2009 dari PAN, H. Ade Firdaus, SE. menyoalkan beberapa kelemahan para tokoh yang hadir dalam forum tersebut. Dirinya menilai, para tokoh, terutama fraksi-fraksi di DPRD Majalengka, yang hadir kurang berani bicara di media, baik lokal maupun media berskala nasional. “Kita bicara untuk Pilkada 2013 mendatang. Bulsit kita bisa menang kalau kita tidak bersatu, siapapun figur calon bupati mendatang dari kalangan yang hadir di sini, PAN siap mendukung,” tegas H Ade Firdaus disusul tepuk tangan dari hadirin.

Sementara itu, Tantan Hartono, SH, politisi asal Talaga yang juga mantan anggota DPRD Majalengka periode 2004-2009 lalu, mengingatkan agar hadirin dapat mengikuti pertemuan sampai tuntas. “Terutama kepada hadirin yang merasa sebagai utusan dari pendopo dipersilahkan mengikuti acara sampai tuntas, agar dapat memberikan laporan secara lengkap kepada yang mengutusnya,” himbau Tantan.

Dalam kesempatan lain, H. Pepep S Hidayat, S.I.Kom, Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Majalengka menyayangkan selalu luputnya pemberitaan pada media cetak mengenai pertemuan-pertemuan semacam forum ini. Akibatnya, publik tidak mengetahui apa yang sedang dan akan dikerjakan forum-forum seperti ini. “Saat ini pihak pimpinan eksekutif sudah menguasai media masa tertentu, sehingga membuka peluang bagi pemimpin Majalengka bertindak terkesan one man show, dan kurang menghargai lembaga legislatif,“ jelas Pepep yang disambut riuh tepuk tangan hadirin.

Lebih lanjut Pepep menjelaskan, ketika hak interpelasi DPRD kabupaten Majalengka merekomendasikan kepada pihak Pemkab untuk menunda perizinan penambangan galian C sampai Perda terkait di sahkan, namun tanpa berkoordinasi dengan pihak Legislatif rekomendasi DPRD diabaikan.

Sukarno, politisi asal Cigasong dan mantan anggota DPRD kabupaten Majalengka periode 2004-2009, mempertanyakan pernyataan Pepep tentang istilah one man show itu. “Apakah artinya pemimpin Majalengka yang terlalu pintar atau anggota DPRD nya yang biho (bodoh, red),” cetus Sukarno.

Drs. H Jack Zakaria Iskandar, Wakil Ketua DPRD kabupaten Majalengka dari Fraksi PAN mengapresiasi pertemuan silaturahmi itu, serta mengakui kebenaran adanya kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan pembicara terdahulu. Lebih lanjut H Jack Zakaria juga mengakui, saat ini kinerja DPRD kabupaten Majalengka “mandul”.

Pertemuan para tokoh politik dan tokoh masyarakat yang telah berlangsung beberapa kali tersebut mendapat tanggapan dari Kijoen, seorang budayawan. Kijoen menggarisbawahi peristiwa itu sebagai dinamika politik.”Yang mungkin dilupakan oleh para politisi itu adalah orientasi, format bahkan dinamika kebudayaan yang terjadi di Majalengka. Artinya, kondisi riil masyarakat bisa dibaca dari proses kebudayaan yang terjadi. Politik menjadi bagian tak terpisahkan dari peristiwa kebudayaan tersebut. Namun demikian, sangat mungkin hal itu dianggap tidak penting, karena kebudayaan senantiasa diterjemahkan sebatas pertunjukan kesenian di panggung,” ujarnya. *Deguna/DPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar